Berdiri di depan jendela, menyaksikan langit sedikit gelap, jejak terakhir matahari terbenam jatuh ke cakrawala.
Hati Tania juga ragu-ragu.
Dia tidak bisa memutuskan untuk menghadapi Axel atau tidak.
Tania sudah melupakan masa lalu, tetapi sakit hati itu belum berkurang.
Ketika dia kembali ke Inggris, dia tahu bahwa selama dia berada dekat dengannya, dia akan terluka.
Namun, dia tetap memilih untuk kembali.
Ini adalah bagian yang mengerikan dari cinta. Meski kita tahu itu akan membuat kita terluka, kita tetap menerjangnya bagai ngengat tertarik pada lampu.
Dia melihat jam tangannya. Bahkan, dia masih punya waktu untuk membatalkan pertemuan itu.
Menemuinya atau tidak?
Dia tidak bisa membayangkan seperti apa reaksinya nanti?
Jika pria itu tahu dia berpura-pura menjadi Amel, apakah dia akan marah dan memukulinya?
Sepanjang sore, hatinya kusut berulang kali.
Selalu ingin berubah pikiran.