"Mengapa?"
Mendengar pertanyaan Natalie, mata Tania memerah.
Dia menundukkan kepalanya dan duduk dengan punggung bersandar ke dinding.
"Aku menceraikan Axel ..."
Natalie berjongkok, meraih tangannya dan mengangguk dengan lembut. "Ya, aku tahu!"
Mengingat masa lalu, mata Tania penuh dengan air mata. Dia masih kesakitan. Waktu tidak menghilangkan atau mengurangi rasa sakitnya.
Justru rasa kehilangan itu semakin jelas.
Dia terus menangis dan terus menyeka air matanya. Natalie menyerahkan tissue padanya.
"Jangan khawatir, luangkan waktumu. Kita masih punya waktu semalaman ..."