Natalie menemukan bahwa Tania telah menangis, matanya merah dan bengkak, dan suaranya serak dan penuh kesedihan.
Derai ombak sudah membasahi gaun pengantinnya sejak lama.
Penampilannya ini tidak mencerminkan pengantin baru.
"Kak, turunlah! Biarkan aku memberitahumu sesuatu!"
"Natalie, kamu benar-benar tidak usah peduli padaku!"
"Kak, menurutmu apa ini?"
Natalie mengeluarkan dua botol kecil, satu hitam dan satu putih, dari tas kecilnya dan melambaikannya di depan mata Tania.
Tania mengangkat matanya, berjongkok perlahan dan duduk di tepi karang. "Itu botol obat kakakku. Bagaimana kamu bisa memilikinya?"
Natalie sedikit malu. "Ada sesuatu yang aku janjikan pada saudaramu, tapi aku tidak menepatinya ..."
"Apa maksudmu?" Tania mengerutkan keningnya.