Chereads / Mang udin / Chapter 2 - RAGNATALOS SANG NAGA

Chapter 2 - RAGNATALOS SANG NAGA

Dahulu kala sebelum terciptanya Bumi dan seisinya, GOD sang dewa segalanya hidup sendiri di Galaxy ini

Ia yang tidak diketahui asal usul nya, entah kapan Ia ada, entah bagaimana bisa Ia terlahir di dunia ini, entah seberapa besar kekuatan yang Ia miliki, namun satu hal yang pasti, GOD sendiri tidak mengetahui jawabannya sama sekali

GOD Menatapi hidupnya dalam kesendirian, tanpa bisa bertanya pada siapapun untuk apa ia hidup seperti itu

suatu ketika, GOD yang sedang melamun akhirnya mendapatkan sebuah ide, GOD berpikir akan sangat menyenangkan bila ia mempunyai teman, bukan sembarang teman, ia berpikir akan sangat menyenangkan apabila dirinya ada dua sehingga dirinya bisa berbagi kesepian satu sama lain.

akhirnya tanpa pikir panjang ia ciptakan dirinya sendiri dengan seketika muncullah GOD yang ke dua

GOD ke dua diberi nama oleh GOD pertama dengan sebutan CHAOS

***

Ragnatalos sang Naga penghancur ciptaan CHAOS sedang melayang diudara menatap kebawah siap menghancurkan apapun dibawahnya, mulutnya yang dipenuhi dengan gigi tajam siap kapanpun melahap mangsanya

"Aknadin beraninya kau memanggilku hanya untuk urusan kecil seperti ini" suara naga itu terdengar menggema dan menakutkan membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa ketakutan, begitu pula dengan Aknadin ,orang itu terlihat berkeringat dingin

Naga yang sangat lucu

berbeda dengan Aknadin, Seifer terlihat kalem sambil menatap kearah Ragnatalos yang sedang melayang diudara

"Ma-maafkan aku Ragnatalos, tapi aku sudah muak dengan semua ini, bisa kah kau membantuku untuk melenyapkan Akademi sialan ini" suara Aknadin terdengar ragu meskipun ia sangat berharap makhluk yang sengaja ia panggil itu bisa membantunya menyingkirkan Seifer

Suasana menjadi hening, naga itu masih melayang diudara hanya menatap kearah Seifer yang sedang berada tepat dibawahnya

Ragnatalos adalah satu dari dua belas  makhluk terkuat yang diciptakan CHAOS untuk memerangi GOD dalam peperangan Endless War, namun makhluk itu tidak berhasil membuat Seifer takut sedikitpun

"Baiklah kebetulan sekali di dunia Abyss aku sedang bosan" ucap sang naga

beberapa saat kemudian setelah suasana yang begitu hening, langit berubah menjadi sangat gelap, awan-awan kemudian seolah-olah menghilang digantikan dengan kilatan petir yang menyambar-nyambar di langit. Ragnatalos melebarkan sayapnya sambil mulutnya mengangga seakan akan hendak mengeluarkan sebuah semburan api.

sinar cahaya berwarna hitam kemerahan berkumpul dimulut  Ragnatalos perlahan dari kecil hingga membesar sedikit demi sedikit

jika dibiarkan tempat ini akan musnah

Seifer tidak tinggal diam, ia bersiap melompat ke langit sambil mengeluarkan aura berwarna putih di sekujur tubuhnya, pedang yang ia pegang erat pun kini diselimuti aura berwarna putih dengan kuda kuda yang begitu mantap ia melompat ke langit dengan cepat seperti kilat

Tanpa basa basi Ragnatalos langsung menembakkan serangannya kearah Seifer yang sedang melesat kearahnya, bola api berwarna hitam kemerahan yang ukurannya kira-kira berdiameter 15M itu siap menghancurkan Seifer didepannya

kini Seifer dan bola api itu hanya berjarak beberapa meter saja, Seifer bersiap menebas bola api raksasa itu dengan pedangnya

*BOOOMMMMMMM !!! Ledakan besar terjadi akibat benturan Seifer dan Bola api raksasa tersebut. ledakan itu menimbulkan getaran yang sangat dahsyat diikuti dengan asap hitam yang begitu pekat dan menyebar dengan cepat ke penjuru pulau Akademi Aeros tersebut

sambil menelan Saliva Aknadin melotot senang menyaksikan pemandangan tersebut, ia yakin Seifer tidak akan selamat, mana mungkin ada orang yang selamat dari serangan dahsyat tersebut

dari kejauhan terlihat Seifer yang terpental kebawah dari langit dengan luka yang sangat serius, ia jatuh menabrak tanah menimbulkan kawah kecil, ia langsung mengeluarkan darah dari mulutnya, armor hitam yang dipakai telah hancur berkeping-keping membuatnya telanjang dada,kini ia hanya memakai celana jeans panjang.

"uhuk uhuk" Seifer batuk mengeluarkan darah, tubuhnya sedikit gosong akibat panas yang ia terima dari serangan tadi, ia meringis kesakitan

Ragnatalos mengepakkan sayapnya sambil meraung dengan keras, sementara itu Aknadin hanya bisa tertawa menyaksikan apa yang sedang dialami Seifer, matanya melotot bahagia tak karuan

"si-sial aku kira mudah untuk membelah api kecil itu, ternyata kuat juga ya" ejek Seifer meskipun dalam keadaan terluka parah, ia mencoba mengatur nafas menahan rasa sakit bercampur panas ditubuhnya

Ragnatalos kini bersiap melakukan serangan kedua, ia kembali mengumpulkan cahaya hitam kemerahan di mulutnya

hei hei hei dia bercanda kan

wajah Seifer terlihat panik, senyumnya terlihat dipaksakan, kini ia mencoba bangkit dari tidurnya tanpa dibantu oleh pedangnya yang entah terpental kearah mana

kini Seifer merapal sebuah mantra sambil mengangkat kedua tangannya ke depan dengan tangan kanan seakan menggenggam gagang pedang dan tangan kiri terbuka seakan hendak membentuk bilah pedang.

tanah yang dipijaknya bersinar membentuk simbol sigil lingkaran dengan tulisan kuno rumit yang langsung menyinari sekitar Seifer

Aknadin yang sedang menyaksikan Seifer bersiap mengeluarkan sesuatu tidak tinggal diam, ia langsung melesat kearah Seifer seraya menebaskan pedangnya secara Vertikal ke bawah

*TRIINGG!!! suara pedang yang saling berbenturan

Aknadin terkejut ketika sebuah pedang yang tiba-tiba muncul begitu saja digenggaman Seifer dan berhasil menahan serangan Aknadin. Seifer tersenyum dan langsung mendorong pedangnya membuat Aknadin mundur kebelakang dengan waspada

"rupanya pedang yang waktu itu kau buat"  Aknadin mengingat kejadian saat hari di Akademi tepatnya ketika Seifer dan Aknadin membuat sebuah pedang di ruangan SwordCraft menggunakan darah mereka masing-masing

"ya kau benar, ini adalah pedang yang terbuat dari darahku, Drainster" pedang itu  melengkung seperti katana pada umumnya, namun yang membedakan ada sebuah corak di mata pedang tersebut, corak seperti simbol garis-garis acak namun indah membentuk seperti petir

"sekarang kau minggir karena aku sedang ada urusan! " Seifer melesat kearah Aknadin namun Aknadin dengan sigap menahan serangan Seifer dengan mudah, kini mereka kembali mengadu pedang, sementara itu Ragnatalos sudah siap menembakkan bola api hitam yang dari tadi ia kumpulkan dimulutnya

tch ini gawat !!!

Seifer sedikit panik karena belum selesai ia meladeni Aknadin, bola api raksasa siap kapanpun menerjangnya. ia terlihat menyerang terburu-buru membuat serangannya dapat dibaca dengan mudah oleh Aknadin

"terima ini, Sampah !!!" Ragnatalos menembakkan serangnya kearah Seifer yang sedang sibuk menyerang Aknadin dibawah

Aknadin yang menyadari di Langit sedang ada bola api raksasa tertuju kesana langsung  buru-buru melompat kebelakang sambil tersenyum lebar

"matilah kau Seifer !!!"

Seifer tidak sempat menghindar dan  hanya bisa menahan bola api itu dengan pedang miliknya sambil meringis kesakitan

"kyaaaaaaaa" teriak Seifer sambil terus berusaha menahan bola api yang terus menekan kebawah sambil membakar tubuh Seifer

*BOOOOMMMMM !!!! ledakan dahsyat terjadi sekali lagi ditempat itu.

Aknadin terlihat senang dan Ragnatalos pun kembali meraung Sambil melebarkan Sayapnya tanda ia pun senang dengan kejadian tersebut, kepulan asap tebal itu perlahan menghilang sedikit demi sedikit

"jika kau memihak kami kau tidak akan bernasib malang Seifer"

Aknadin menyarungkan pedangnya seraya tersenyum penuh kemenangan, musuh yang ia takuti selama ini telah tewas pikirnya

namun harapannya sirna, dari balik kepulan asap itu terlihat sedikit demi sedikit sosok pemuda yang masih berdiri, bukan hanya itu kini siluet dari dalam kepulan asap itu berjumlah lebih dari dua orang

"sepertinya kau sedang kesusahan ya Seifer?"

"bukan kah kita ini teman Seifer ?"

"orang brengsek yang selama ini aku benci rupanya seorang pengkhianat

dan juga kadal raksasa itu sedikit lucu ya"

Aknadin sangat terkejut ketika kepulan asap itu telah hilang sepenuhnya, kini Seifer terlihat masih berdiri dengan didampingi tiga orang pemuda seumuran Seifer dan Aknadin

Seifer tersenyum lega melihat ketiga teman-temannya itu

" mau apa kalian datang kemari, Gaiki, Onyx dan Felix"