Tatapan penuh arti Indra terus tertuju pada punggung Airin yang semakin menjauh dari pandangan.
"Maafkan aku, tapi aku harus melakukannya," gumamnya masih dengan pandangan yang sama. "Kamu sedang sakit tapi harus bekerja seperti ini. Jadi maafkan aku, aku harus tetap mempekerjakanmu menjadi asisten selama kesibukan ini berlangsung," tambah Indra sembari menghela napas panjang. Wajahnya lantas kembali memancarkan aura keangkuhan dalam sekejap.
Prok! Prok!
"Cepat! Cepat! Cepat selesaikan! Sebentar lagi malam!" titah Indra sembari menepuk-nepukkan tangannya di udara sebagai peringatan kepada karyawan yang sedang memasang dekorasi.
"Baik, Pak," jawab para karyawan serentak.
Di sisi lain, langkah jenjang kaki Airin terus terayun mengabsen anak tangga satu persatu. Airin sesekali memegang kepalanya yang berdenyut pusing. Ia belum pulih seutuhnya, tapi Airin layak bersyukur tubuhnya tak mengalami luka parah akibat kecelakaan.