Airin mengusap air matanya cepat-cepat. Airin tak semestinya menampakkan kesedihan di hadapan neneknya itu. "Ah, Nek. Nenek tau, gak? Aku peringkat satu di kelas semester ini. Airin dapat piala, lho!" seru Airin.
Nenek Sonya tersenyum bahagia. "Syukurlah. Cucuku cantik dan pintar seperti ibunya." Nek Sonya tertegun saat mengingat wajah ibu Airin yang begitu mirip dengan gadis itu. "Kalau Maya bagaimana? Apa dia baik padamu?" tanyanya mengalihkan topik.
Airin terhenyak mendengar pertanyaan dari nenek yang berusia 60 tahun itu. Tak mungkin 'kan Airin jujur apa yang sebenarnya terjadi. Tentang Bi Maya yang marah besar dan mengusirnya dari rumah. Tentu saja, Airin tak boleh menceritakan hal-hal yang akan menambah beban pikiran bagi Nek Sonya.
Airin lalu mengukir seulas senyum pada neneknya. "Tentu, Bi Maya sangat baik padaku. Nenek tak perlu khawatir," ujarnya berbohong.