"Maafkan aku," ujarnya. Tidak! Airin tak boleh ikut menangis! Airin harus bisa menghibur Indra. Tapi air mata gadis itu tak tertahankan, Airin seperti merasakan langsung rasa sakit yang Indra rasa.
Alhasil, seiring jatuhnya air mata Airin, gadis itu langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Indra dan berhambur memeluk lelaki itu erat.
"Maaf ...," gumam Airin mengusap kepalanya Indra pelan. "Maafkan aku ... karena lancang telah hadir di hidupmu ...."
Indra terdiam mendengarnya. Isakan yang terdengar, perlahan terhenti. Airin melepaskan pelukannya. Payung yang tadi ia genggam telah jatuh ke sampingnya.
Gadis itu menatap Indra nanar, dengan jarak yang sangat dekat. Tangan kanan Airin lalu terangkat dan menangkup pipi kiri Indra. "Dengarkan aku, Pak Indra," ujar Airin menatap Indra lekat.
Manik itu menusuk langsung manik Indra. Seolah-olah menembus retinanya dan menghipnotis pikiran Indra untuk tertuju pada Airin sekarang.