Airin membuka pintu kamarnya dengan kasar dan keras. Selanjutnya, ia masuk ke sama sembari membanting pintu kuat.
BRAK!
Sesaat setelah menutup pintu, Airin segera membanting tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya menghadap ke atas dengan tatapan mengarah tepat ke arah langit-langit kamarnya yang ber-cat putih dan agak sedikit mengelupas.
Nafas gadis itu cukup naik turun. Meskipun tatapannya mengarah ke atas, namun justru pikiran Airin melayang ke lain ingatan.
Pikiran Airin tiba-tiba terarah pada Indra. Akan pertengkarannya tadi pagi, Airin dengan sengaja menyuruh lelaki itu untuk pergi dari rumah ini. Mendadak, ucapan Indra terlintas di pikiran Airin. Saat Indra memeluknya erat, sembari menangis, dan mengatakan bahwa Indra sedang tak baik-baik saja, bahwa Indra diusir oleh orang tuanya sendiri. Tanpa rasa iba, tanpa rasa belas kasihan, hanya karena Airin pergi dari rumah Andara. Dan Indra, merasakan balasan yang setimpal karena perbuatannya.