Airin mematung di tempat dengan mata terbelalak. Seolah susah sekali untuk mengerjap. Jantung Airin terasa berhenti berdetak. Pikiran Airin terus terpaku pada adegan barusan. Indra telah melekatkan bibirnya pada kening Airin? Sungguh? Apa Airin tak salah merasa?
Gadis itu membeku untuk beberapa saat. Seolah-olah mencari tau, apakah ini nyata atau hanyalah khayalan. Namun penampakan Indra di depannya membuat Airin sadar, bahwa Indra sungguh-sungguh telah bersikap romantis padanya.
Pipi Airin mendadak merah merona, jantungnya berdebar. Meskipun sebuah hal yang sederhana, tetap saja membuat Airin malu bukan kepalang. Airin melirik ke arah Indra dengan ragu.
Lelaki itu masih menatapnya. Tapi tatapannya datar sekali seolah ia tak melakukan apa-apa pada Airin. Wajah Airin yang sangat malu semakin memanas saat Indra mengusap pelan rambut Airin. Seketika, Airin menyingkirkan tangan Indra dari kepalanya.
Gadis itu langsung keluar dari kamar dan menutup pintu dengan keras.
BRAK!