Beberapa menit berlalu. Airin masih terisak tertahan. Air mata tak sanggup lagi ia bendung. Pelukan hangat dari Jay, sukses mencairkan keresahan dan kesedihan yang selama ini Airin tahan mati-matian.
Airin merasakan perih di hati saat mengingat kembali rasa sakit yang ia rasakan selama ini. Terlebih, Airin hidup hanya sendiri dan tak ada yang mau menemaninya meski hanya sekedar memahami Airin.
Sekarang, setelah Airin mengenal Jay, Airin bisa mencurahkan isi hatinya meski dengan menunjukkan titik rapuh gadis itu.
Setelah dirasa terlalu lama menangis, Airin langsung menghentikan tangisnya. Gadis itu terdiam beberapa saat, pikirannya kembali pada kenyataan setelah berlarut dalam rasa sakit yang menjajah hatinya.
Saat Airin sadar posisinya terlalu dekat dengan Jay untuk waktu yang lama, Airin langsung mendorok tubuh Jay dan menjauh dari lelaki itu.
Jay mengerutkan keningnya heran saat melihat tingkah laku Airin yang langsung berubah. "Kenapa?" tanya Jay.