"Aku tau, aku sadar. Jika memang Sean sungguh bukan anak kandung Mama, lalu anak siapa?" Crish melengos.
"Lalu, karena itu juga Papa bersikap tak adil padanya. Benar, 'kan? Karena dia bukan anak Mama?! Begitu?!"
Pak Arman kini menatap Crish tajam. Melihat anaknya melonjak padanya, ditambah ini baru pertama kalinya bagi Pak Arman. "Ada apa denganmu, Crish?! Kenapa kamu berani membentak Papa? Apa jawaban dari Papa saja tidak cukup?!" Pak Arman ikut berdiri menatap Crish sengit, merasa tersulut emosi.
"Ya ... aku merasa tak cukup, Pa. Setidaknya jelaskan, mengapa bisa Papa bilang bahwa Sean bukan anak Mama? Bukannya sejak lahir Sean sudah ada di sini? Lalu, inikah alasan Papa memperlakukan Sean tak adil?" tuntut Crish. Lelaki itu tersenyum renyah. "Aku lebih baik pergi dari sini jika Papa terus menerus membuat Sean menderita, menghajarnya tanpa rasa iha seperti tadi!"
"Crish!" sentaknya.
Plak!