Senyum miris Sean membuat Pak Arman terhenti. Tatapan wajah pria itu mendadak membeku, dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.
Sean terkekeh kecil. "Papa ... kau ternyata lebih menyayangi kehormatanmu dari pada diriku," ujae lelaki itu dengan suara bergetar, suara yang tertahan. Tak lama setelahnya, Sean terbatuk.
Pak Arman tertegun dengan wajah dingin. Mengingat kembali raut wajah Sean saat itu. Seakan deja vu, Arman pernah melihat wajah seperti itu dulu.
Crish dan Nyonya Sonya masih menatap pertengkaran itu tanpa berkutik. Terkejut dengan ancaman Pak Arman sebelumnya yang mengatakan bahwa Sean akan diusir jika Crish berani menghentikannya. Namun, Crish rasa ia tak perlu menuruti perintah Pak Arman. Lelaki itu merasa ia harus lebih mementingkan Sean dari apapun.
Crish maju, dengan cepat lelaki itu memegang tangan Pak Arman. "Pa, hentikan. Tahan emosimu," peringat Crish dengan wajah serius.