"Papa ...," lirih Asya pelan, menatap perawakan seorang pria yang masih sibuk dengan ponselnya, berjalan ke lorong yang sama dengan Asya. Bahkan ketika mereka berdua berpapasan, Stephan—ayah Asya tak kunjung melirik Asya sedikit ppun
Gadis itu menatap Stephan hingga pria itu menghilang di ujung lorong. Asya terdiam, maniknya tanpa sadar berkaca-kaca. Mengingat kembali kenangan bersama ayahnya yang dulu sangat Asya sayangi.
'Papa! Asya pengen beli es krim!'
'Pa! Asya gak bisa tidur! Huaaaaa!'
'Kata Papa, Asya anak pintar.'
'Asya juga sayang sama Papa!'