Asya membuka maniknya. Untuk beberapa saat ia hanya terdiam. Kemudian, bangkit. Manim gadis itu terarah pada jam yang tertera di dinding. Hampir jam 12 malam. Namun, ia tak bisa tidur tenang sekarang. Meski Sean menyuruhnya untuk istirahat, Asya tetap tak merasa tenang. Kehilangan Lathia yang tanpa jejak membuat Asya merasa takut.
Asya lebih memilih ada Lathia di sini, meski gadis itu kerap kali menghina Asya dengan dasar bahwa Asya adalah anak pembantu. Namun, Asya bukanlah gadis pendendam yang akan bahagia ketika orang yang membuatnya terluka, hilang tanpa ada kabar. Dengan kaki yang tak beralas, Asya melangkah membuka pintu. Villa sudah gelap, tanda bahwa Crish dan Sean sudah tidur. Itu yang dipikirkan Asya sekarang. Hingga ketika Asya berjalan menuju teras, ia justru melihat keberadaan Crish yang duduk di kursi teras. Membuat Asya semakin heran, gadis itu mendekat.