Sean terdiam, menatap Asya yang masih berkata dengan tangan sibuk mengusap air matanya kasar. Lelaki itu mendengarkan ucapan Asya dengan serius, meski wajahnya tanpa ekspresi tapi tatapannya tak ingin lepas dari gerak gerik Asya.
"Aku tak masalah. Karena aku rasa, perasaan balasan darimu itu tak perlu. Aku hanya ingin bilang, kalau aku mencintaimu tapi aku gak akan berjuang memilikimu. Sama seperti Pak Crish, dia bilang mencintaiku tapi tak akan berjuang untuk memilikiku. Hanya itu saja yang ingin aku bicarakan," jelas Asya menghela nafas berat, menghapus jejak air mata di pipi.
"Sebaiknya kita akhiri semua ini saja," ujar Sean setelah merasa isakan Asya mulai mereda.
"Maksudmu?" Asya menatap Sean tak mengerti.
Sean tertegun. "Jika kamu tak bisa memprioritaskan perasaanmu, maka akhiri saja. Kedekatan kita, semuanya," ujar Sean, penuh keseriusan.