Glen masih menatap Asya tanpa ekspresi, meski sejujurnya ia tengah menyelidiki apa yang terjadi pada Asya.
Asya hanya menunduk, bingung harus mengatakan apa lagi. Sebab keduanya memang canggung. Tangannya memegang erat amplop berwarna kecoklatan yang berisi uang berisi 15 juta itu. "Eum ... Kenapa mau membantuku?" tanya Asya dengan ragu, enggan menatap Glen.
"Maksudmu?" Glen mengeryitkan keningnya samar.
"Kemarin kemarin, Kak Glen enggan membantuku, lalu kenapa sekarang berubah pikiran?" tanya Asya mengutarakan rasa penasarannya. Sebab, sudah lama ia tak bertemu Glen, sudah lama juga Asya berpikir bahwa kakaknya itu sudah tak peduli dengannya lagi.
Glen tak langsung menjawab. Lelaki itu lebih memilih mengambil rokok dan gasoline dari saku hoodienya, kemudian menyalakannya, ia menghirup asap rokok itu, membuat Asya agak terbatuk saat tak sengaja asap rokok itu merasuk ke paru-parunya.