"Wajah tanpa dosamu itu, membuatku muak sekali!"
Deg!
Asya membeku, tangannya terangkat sembari mengusap pelan pipinya yang memanas. Seorang lelaki telah menamparnya? Apakah benar? Apakah ini mimpi? Namun, rasa perih itu menegaskan bahwa ini adalah kenyataan. Asya tak menyangka bahwa seseorang yang telah menamparnya itu adalah Sean.
Gadis itu merasa sangat senang ketika bertemu dengan Sean setelah dua hari mereka tak bertemu. Namun, kesenangan bak berada di ketinggian awan itu justru membuatnya jatuh tersungkur lebih keras. Manik Asya menatap Sean dengan ragu, bertanya-tanya dalam hati mengapa Sean bisa melakukan hal itu padanya.
"Katakan, apa maksudmu membawa Crish ke dalam kehidupanmu lebih jauh? Bahkan sampai membuatnya rela menyisihkan waktu hanya untuk bersama denganmu?!" tuntut Sean menatap Asya serius, namun jelas sekali wajah Sean tak sabar untuk menjawab pernyataan Asya.