"Aku—" Belum sempat Asya menyelesaikan permintaannya, sebuah suara gaduh terdengar di belakangnya. Membuat Asya langsung membeku seketika.
Suara siapa itu? Di taman yang terbengkalai ini, apa ada peluang orang-ornag berkumpul di sana?
"Halo? Asya? Kamu mau minta apa?" tanya Reina mengulang saat Asya tak menjawab apapun.
Di sisi lain, Asya hanya membeku dengan perasaan penuh waspada. Gadis itu mulai mendengar derap langkah beberapa kaki di belakangnya. Asya tak tau langkah siapa itu, yang pasti ia benar-benar ketakutan. Asya pun baru ingat tentang area Loners Park adalah taman yang ditutup karena dijadikan markas utama beberapa penjahat.
Bagaimana kalau derap langkah di belakangnya adalah langkah para penjahat? Sontak, Asya menelan salivanya. "Rei, aku tutup dulu telponnya," ujar Asya sembari menutup sambungan telpon dengan Reina cepat. Ia meremas ponselnya, berpikir dengan jernih. Asya memilih untuk berjalan pelan, berupaya untuk lari dari sana.