Suara air mendidih menjadi satu-satunya pemecah sunyi. Panci kecil dengan air panas serta mie instan yang sedang dimasak. Tio sendirian, dengan tangan yang sibuk mengaduk mie yang sudah mulai matang. Jangan lupakan dua buah telur dan beberapa cabai merah ia masukkan ke sana.
Meski tangannya sibuk bergerak, Tio justru merenung. Seolah ada pikiran yang mengganjal dalam hatinya. Lelaki itu memikirkan keadaan Asya sekarang. Bukan karena ia suka pada Asya, melainkan karena pembubaran balap liar anak muda oleh polisi setempat membuat semua yang hadir di sana kalang kabut melarikan diri.
Tio kembali mengingat kejadian saat polisi datang, ia pun tak kalah panik bahkan sampai meninggalkan Asya.
---Flashback On---
"Lari! Polisi!"
