Cukup lama, Asya tercekat dengan apa yang dikatakan Sean. Kemudian, Asya tertegun, gadis itu meresapi setiap perkataan Sean, permintaan lelaki itu untuk memaafkannya. Lelaki itu nampak menderita sekali. Seolah-olah Asya adalah orang yang berharga baginya, Asya merasa senang akan hal itu. Namun di sisi lain ia merasa sedih.
Asya melepaskan pelukan Sean. Wajah Sean tanpa ekspresi, ia menunduk sembari memejam maniknya erat, berusaha menelan air mata yang menerobos pertahanan pelupuk. Untuk pertama kedua kalinya, Sean menampakkan kerapuhannya pada Asya. Hanya pada Asya, Sean bisa bersikap seterbuka itu.
"Kamu ... kesepian, ya ...?" tanya Asya lembut dengan senyum kecil.