"Teruslah seperti itu. Menjauh dariku dan fokus pada orang lain." Tatapan Sean masih tertuju pada Asya. "Aku memang selalu menyedihkan seperti ini. Selalu sendiri, dan setiap orang yang dekat denganku akan pergi."
"Dan kau Asya, kau sama saja dengan mereka."
DEG!!
Sean membuka maniknya, lelaki itu untuk waktu yang lama menatap atap kamarnya dengan terdiam. Ia bangkit dari posisi awal. Sembari mengusap rambutnya, Sean melirik ke arah jam waker. Ia menghela nafas. Sean memimpikan perkataannya kemarin pada Asya. Apa ia salah telah mengatakan hal itu?
***
"Mama, mau berangkat ke sekolah denganku?" tawar Sean sembari memanaskan motor besar miliknya. Wajah tampan lelaki itu sudah tertutupi helm, hingga Sonya tak dapat melihat pasti bagaimana ekspresi Sean sekarang.
"Tidak perlu, Sean. Mama ikut Papa-mu saja nanti, bersama Crish," tolak Sonya halus.