*16 tahun kemudian*
"Lo dihukum lagi? Kali ini karena apa?"
Bulan menatap saudara kembarnya itu dengan kesal. Tidakkah Bintang memiliki mata? Tidakkah pria itu berfikir? Jika bukan karena dihukum, mana mungkin Bulan mau mengepel lantai seperti ini?
"Heh, Bintitan! Kalau kamu ke sini hanya ingin mengejekku, sebaiknya pergi aja! Aku lagi nggak mood lihat muka kamu!" ketus Bulan.
Bulan kembali meraih gagang pel dan mencelupkannya ke dalam air sabun. Jangan heran kenapa Bulan memanggil Bintang dengan sebutan Bintitan. Meski mereka anak kembar, sifat keduanyasangat bertolak belakang. Bulan yang begitu bandel dan jahil, sementara Bintang lebih jutek, tapi bijaksana seperti papinya.
"Memangnya lo berharap apa? Gue bantuin lo? Yang bener aja! Gue ke sini cuma buat ngasih tahu lo, Revan ngundang lo ke pesta ulang tahunnya nanti malam. Kalau mau dateng, kita bisa berangkat bareng."
Seketika itu juga, Bulan langsung meletakan kain pel itu dengan asal dan mendekat ke arah Bintang.
