Suasana kamar yang terlihat remang dengan hanya penerangan dari lilin aroma terapi yang kupasang, membuat kamar ini terlihat begitu tenang. Tidak ada suara apapun selain kecupan, beberapa jejak juga terlihat di bagian leher juga dadaku.
Aku tak tahu apa yang baru saja kami lakukan, yang jelas sekarang aku dan Umar sudah tepar di atas tempat tidur yang tidak tersusun rapi lagi. Dia sudah tertidur pulas dengan bertelanjang dada, tapi aku sama sekali tidak bisa tidur sepulas dia.
Bangun dari tidurku sekitar jam dua pagi, aku pun masuk ke kamar mandi setelah merapikan pakaian yang sebelumnya terbuka. Aku merasa begitu nyeri di bagian area vital, membuatku meringis sambil melihat ke bawah.
Tidak mungkin aku pembuluh darahku pecah lagi, ini bukan seks pertama yang pernah kulakukan dan sudah tidak akan mungkin aku mengalami pemecahan pembuluh darah. Tapi entah kenapa aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawah, membuatku hampir tidak bisa berjalan dengan normal.