Nesya mungkin dari awal dia sudah salah dalam mengambil jalan dan masuk ke kehidupan Rehan, ya Nesya salah dalam mengambil langkah. Nesya yang pada akhirnya masuk ke dalam rumah Rehan dan mengenal semua keluarga Rehan.
Entah pertama kali Nesya datang ke rumah Rehan pandangan keluarganya ke Nesya itu bagaimana Nesya sendiri juga tidak tahu, Nesyq beranggapan bahwa pasti keluarga Rehan menganggap Nesya itu perempuan tidak benar atau apalah.
Nesya sendiri sebenarnya tidak pernah mau bahwa Rehan mengajak ke rumahnya dan mengenalkan kepada keluarganya apa lagi Rehan juga sering menyuruh Nesya kerumahnya dan itu harus kalaupun Nesya tidak datang pasti Rehan marah, sungguh itu bukan kemauan Nesya untuk samperin laki-laki dengan begitu bisa dianggap murahan atau apalah.
Sampai detik ini Nesya masih saja menyesali pertemuannya dengan Rehan dan sampai mengikat hubungan walau kadang Nesya juga sangat memerluhkan Rehan karena uangnya atau yang lainnya jujur saja Nesya dari awal hanya ingin memanfaatkan Rehan namun kenyataannya jadi begini.
Rehan orangnya baik,penyanyang,lembut dan juga pengertian tapi orangnya juga keras, Nesya sendiri lama kelamaan mulai mengetahui sifat-sifat yang ada di diri Rehan hanya satu kelemahan Rehan di baik dan kebaikan dia di manfaatkan sehingga ia kadang di bohongi oleh orang bukan soal bisnis tapi soal wanita dan sahabat yang intinya tidak tahu terima kasih sudah di kasih jantung minta hati ya begitulah orang.
"Sayang kamu lagi mikirin apa,"ucap Rehan tepat di telinga Nesya, ya Rehan memeluk Nesya dari belakang. Nesya sedang berada di balkon Apartemen milik Rehan.
"Aku tidak memikirkan apa-apa hanya melihat pemandangan kota malam hari sambil menghirup udara malam yang begitu dingin,"ucap Nesya dengan matanya memandang kedepan. Mungkin karena malam ini gerimis jadi udaranya agak dingin.
"Lebih baik kita masuk kedalam aku nggak mau kamu kelamaan di luar dan nantinya sakit,"ajak Rehan. Mereka berdua pun masuk kedalam dan Rehan juga menutup pintu balkon agar angin malam tidak masuk kedalam.
"Sayang kamu mau minum yang hangat-hangat biar aku buatin kamu mau minum apa?"tanya Rehan
"Mungkin kopi hangat,"ucap Nesya menoleh ke Rehan yang ada di depannya.
"Baiklah kamu tunggu di sini aku akan membuatkan untukmu,"ucap Rehan lalu berlalu pergi keluar dari kamar.
Nesya menoleh kepergian Rehan Hadinata, Nesya menatap sangat dalam sambil terus berpikir kenapa seorang Rehan harus seorang duda kalau boleh jujur aku menolak semua yang Rehan sandang sebagai duda. Nesya berpikir lebih jauh lagi memikirkan tentang Alex sama seumuran dengan Rehan tapi ia belum pernah menikah sama sekali namun kenapa ia menyia-nyiakan Alex dan lebih memilih Rehan.
Nesya beranggapan bahwa dirinya bodoh ia menyia-nyiakan Alex meninggalkan Alex secara halus dengan tidak berhubungan dengan Alex lagi. Nesya sebenarnya ada kata menyesal tapi sungguh Nesya sendiri juga nggak tahu kenapa ia bisa jatuh kepelukan Rehan apa Rehan punya guna-guna memikat wanita.
Ini zaman sudah modern memang ada yang seperti itu? Jawabannya pasti ada namun Nesya juga tak percaya kalau Rehan percaya begituan.
"Sayang ini,"ucap Rehan dua tangan yang membawa dua cangkir kopi yang satu untuk dirinya dan yang satu untuk Rehan. Nesya mengambil cangkir yang berisikan kopi itu lalu ia meminumnya sedikit.
"Apa kamu suka dengan Apartemen ini?"tanya Rehan yang kini duduk di samping Nesya.
"Ya aku suka sangat rapi dan bersih apa lagi kalau malam pemandangan kota Jakarta dari atas sini terlihat sangat indah,"ucap Nesya
"Apa kamu mau tinggal di sini?"tanya Rehan
"Sepertinya aku pikirkan dulu aku nggak mau keluarga kamu tahu aku tinggal di sini di kira nantinya aku perempuan apa ya memang aku bukan perempuan baik-baik," ucap Nesya
Nesya berdiri dan menaruh cangkir yang berisi kopi tadi di taruhnya di meja, Nesya berlalu ke kamar mandi. Rehan masih duduk dengan melihat Nesya yang sudah tak terlihat lagi.
Sedangkan Nesya di kamar mandi ia sedang menatap dirinya di depan kaca, Nesya lagi-lagi yermenung entah banyak yang di pikirkan rasanya kalau boleh memutar waktu mungkinlebih baik memilih tak di lahirkan di dunia ini.
Nesya ingin rasanya bunuh diri namun ia takut, jujur saja Nesya capek dengan semua ini namun ia tak ada jalan lain ia takut bunuh diri lalu ia mau lari kemana lagi sudah tak terpikrkan oleh Nesya lagi.