Bab 77
"Dayu khawatir denganku, cih! Dasar munafik!" umpat Helena di dalam hatinya.
Helena mendengkus kesal kemudian menyiapkan pakaian bersih untuk Heru yang sudah selesai mandi. Heru meliriknya, tapi tak berkomentar sebab dia sudah tahu penyebab istrinya begitu.
Heru teringat kembali perbincangannya dengan Seno di kantor siang tadi.
"Seno, coba kamu periksa lagi draft kerja sama yang akan kita bahas bersama Pak Aditya nanti!" kata Heru sambil membolak-balik berkas yang dipegangnya. Dia masuk ke dalam ruangan Seno tanpa mengetuk karena pintunya memang sudah terbuka.
Heru mengangkat pandangannya dari berkas, karena tak mendengar tanggapan Seno. Tenyata anak sulungnya tersebut sedang duduk bertopang dagu di mejanya. Wajahnya kelihatan keruh seaaknsednag menanggung beban yang amat sangat berat.
Perlahan Wei meletakkan berkas di meja Seno dan duduk di kursi yang ada di hadapannya.
Seni tak juga bergerak, pandangannya kosong menerawang jauh entah sampai ke alam mana.