Bab 252
Aku senang Boy tak menangis lagi. Sekarang Boy tertawa dalam gendonganku, dia tak menolak saat bajunya kulepas dan didudukkan di bath-upnya.
Aldo malah tertawa kesenangan saat aku mulai menyiramkan air ke tubuhnya. Saat sedang menikmati indahnya waktu memandikan Boy, aku mendengar notif pesan masuk ke ponselku berbunyi.
Sambil meneruskan kegiatan, aku menerka-nerka siapa yang mengirim pesan padaku. Tak banyak orang yang tahu nomorku ini, sebab itu adalah nomor khusus yang baru dibeli beberapa hari yang lalu.
Selain Adel, Pak Yusuf, Yasmin, Bi Inah, dan Bang Dharma yang kutugaskan mengawasi pergerakan Aldo di perusahaan dan klinik milikku.
Setelah Boy rapi, baru aku bisa melihat siapa pengirim pesan tadi. Ternyata dari Bang Dharma, katanya dia punya informasi penting dan ingin bertemu.
Tentu saja aku bingung jadinya, aku tak bisa izin ke luar lagi. Oh, ya, aku pasti bisa keluar hari ini, tiba-tiba aku mendapat sebuah ide.