Bab 242
"Saya gak punya kenalan di luar kota, Pak. Apa lagi tempat terpencil. Saya ... tak punya siapa pun lagi di dunia ini," jawabku lirih.
Sopir ojek itu berpikir sejenak kemudian dia berkata padaku. "Anak saya tinggal di pegunungan, dia punya usaha kebun bunga di sana. Kalau Mbak mau, saya bisa antarkan ke sana."
Pa Yusuf memberiku sebuah ide, aku tak menyangka jika dia bisa sampai memberikan ide seperti itu.
Ya, Allah. Terima kasih karena selalu Kau kirimkan orang-orang baik untuk menolongku.
"Iya, Pak. Saya mau, tapi ... apa anak Bapak gak keberatan menerima saya? Apa lagi saya ini buronan polisi."
"Tidak, anak saya juga hidup sendiri di sana, suaminya sudah meninggal dunia. Dia hanya hidup berdua dengan anaknya yang masih kecil," jawab sopir ojek.
Hidup sendiri tanpa suami? Sama sepertiku, tanpa pikir panjang lagi, aku pun setuju dengan usulan sopir ojek itu.
