Bab 241
ART yang bernama Yuni itu memang sudah mengenalku. Aku dan Mas Richard pernah mengunjungi kediaman Pak Hutama dulu.
"Silakan duduk, Bu! Saya panggilkan Pak Bos dulu," kata Yuni sambil tersenyum.
Dia pun naik ke lantai atas, pasti kamarnya Pak Buana berada di sana. Tak lama, dia turun bersama Pak Hutama.
Wajahnya sedikit kusut, mungkin Pak Hutama sudah tidur tadi.
"Maaf, Pak. Saya mengganggu waktu istirahatnya," kataku.
"Duduk lah! Saya malah merasa lega kamu datang ke sini, Mey. Apa benar berita yang saya dengar dan lihat di televisi tadi? Kamu membunuh Reina , pembantu sekaligus sahabatmu dulu?"
Aku menggeleng cepat, segera saja kuceritakan kembali kronologis kejadian yang sebenarnya. Pak Hutama tampak serius mendengarkan ceritaku, berulang kali dia menarik napas panjang.
"Sepertinya kamu sudah dijebak. Tapi siapa yang menjebakmu kalau Reina sudah ditemukan meninggal di danau?" tanya Pak Hutama dengan heran.