Bab 236
BI Inah, aku menggumamkan namanya dengan perasaan sedih. Mengapa orang yang kucinta dan sayang selalu pergi meninggalkan aku?
Sampai Rusdi dan istrinya pamit pulang, aku masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja kualami.
"Mey, kamu gak apa-apa, kan?" tanya Reina.
Aku menoleh padanya, mencoba menghapus jejak air mata di kedua pipi ini. Reina memeluk pundakku, sepertinya dia mencoba memberiku semangat.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, bodohnya aku tak bertanya di mana kampung Bi Inah berada. Kenapa bisa lupa, ya?
Aku menyesal baru ingat hal sepenting itu sekarang. Aku pun bergegas mengejar anak Bisa Inah ke halaman ruamh. Namun, mereka sudah tak kelihatan lagi.
Kata satpam di rumahku, Rusdi dan istrinya sudah pergi dengan menumpang taksi, tidak mungkin kukejar lagi.