Bab 235
Selama Aldo dan Reina tinggal di gudang belakang, BI Inah kelihatan tak suka dengan Aldo. Setiap berdekatan dengan pria itu, Bi Inah selalu menunjukkan wajah jutek.
Aku merasa tak enak hati dengan Aldo mencoba mengur Bi Inah dengan lembut. Namun, sepertinya Bi Inah malah marah padaku.
Sudah beberapa hari ini dia menjadi pendiam, berbicara padaku juga seperlunya. Aku mencoba memahaminya, namanya juga orang tua, pikirku.
Sore itu, kulihat Bi Inah berulang kali memegang kepalanya. Sepertinya dia sedang pusing. Kucoba mendekatinya, lalu menyodorkan segelas air putih padanya.
"Terima kasih, Neng," jawabnya singkat lalu meminum sampai habis air putih yang kuberikan tadi.
"Neng, Bibi mau pulang kampung beberapa hari. Cucu Bibi sakit, orang tuanya gak bisa merawatnya karena sibuk bekerja," kata Bi Inah dengan kepala tertunduk.
"Lho, kok tiba-tiba, Bi?" tanyaku kaget.
"Yah, namanya cucu sakit. Mana ada orang sakit di rencanakan, Neng," katanya lagi seraya tersenyum.
