Bab 182
Ternyata dia murung terus seharian karena kangen orang tua, aku bersyukur di dalam hati, kukira dia menyesal dengan perjanjian kami.
"Aku janji setelah kita menikah nanti, aku akan menemani kamu mengunjungi makam orang tua kamu," janjiku pada Shasa.
"Beneran, Mas?" tanyanya dengan mata berbinar.
"Heem, tapi kamu gak boleh menampakkan wajah sedih seperti itu. Nanti Mama dan Papa curiga." Ingatku.
"Oke, Mas. Terima kasih sudah mau membantu aku dan Shakira keluar dari masalah kami. Aku gak tahu seandainya gak ada Mas, mungkin kami sudah menjadi pengemis di jalanan," ucap Shasa lagi.
"Ah, jangan bicara seperti itu Sha. Kita sama-sama saling membantu, aku juga harus mengucapkan terima kasih," kataku seraya tersenyum pada Shasa.
Shasa pun tertawa sambil mengangguk, wajahnya kembali ceria seperti semula. Aku senang melihatnya seperti ini. Entahlah, aku suka melihat senyumnya. Cara bicara dan bening matanya akhir-akhir ini sering terbayang di mataku.