Bab 179
Sambil tertawa aku memanggil Shasa yang sedang memilih lipstik di toko kosmetik.
"Ada apa Mas?" tanya Shasa sambil berjalan mendekat.
"Papa mau bicara," jawabku.
Shasa menerima ponselku, dengan tersenyum dia menyapa papaku.
[Assalamualaikum, perkenalkan saya Shasa, Om.]
[Shasa, kamu beneran pacarnya Hisyam?]
[Bukan Om,] sahut Shasa sambil melirikku.
Aku mendelik tapi Shasa malah tertawa mengejekku. Papa juga gak kalah bingung diujung sana, tapi Beliau tak berkomentar apa-apa.
"Beneran, Om. Saya bukan pacarnya Mas Hisyam, tapi ... saya calon istrinya.]
Papa tertawa geli diujung sana, aku hanya menggelengkan kepala saja.
[Ternyata kamu bisa juga bercanda ya, oke kalau begitu. Nanti malam kerumah ya, Om sama Tante ingin kenalan. Kita makan malam bersama!]
[Iya, Om. InshaAllah.]
Setelah berbasa-basi sejenak, papaku mengakhiri panggilan telponnya.
"Ini Mas," kata Shasa sambil menyodorkan ponse padaku.
"Jadi, sore nanti kamu ikut kerumahku?"