Bab 151
"Pergi kalian!" seru Ijem dengan marah.
Dia dikelilingi oleh orang asing yang menertawakan dirinya. Lalu muncullah wajah yang tak asing lagi, Devi dan ketiga temannya yang begitu datang melemparkan ember dan alat pel padanya.
"Kerjakan tugas kamu, Ijem. Buat apa kamu capek-capek kuliah. Kamu itu tetap hanya seorang pembantu, ha-ha-ha," ejek Devi sambil menarik hijabnya.
Ijem merasa napasnya tercekik karena tarikan di hijabnya. Sampai dia terbatuk-batuk dan susah bernapas.
"Hentikan! Cukup!" seru Ijem marah.
Akan tetapi Devi dan temannya malah semakin beringas. Ijem semakin kepayahan, dia ingin berlari tapi kakinya seperti gak bertenaga.
"Jem, bangun kamu!" seruan Joya di telinganya membuat Ijem terbangun dari tidurnya.
Napasnya masih tersengal dan juga wajahnya basah oleh keringat sebesar biji jagung. Ijem pun terusik dan menarik napas lega.
"Syukurlah semua itu hanya mimpi. Namun, rasanya seperti nyata," gumam Ijem pelan.