Malam ini kami sepakat untuk menghadirkan pihak keluarga masing-masing. Aku beranjak masuk ke dalam kamar, tidak ku sangka Mas Denis malah menyusul. Meluluhkan sedikit egoku, aku membiarkan Mas Denis tidur dengan posisi memelukku dari belakang.
Hitung-hitung hari ini awal perdamaian yang akan kami mulai besok.
Danisya! Cara lo emang berat tapi gue pasti akan coba semampunya. Aku membatin dalam hati.
Keesokan harinya sepulang bekerja, aku mampir ke sebuah supermarket untuk belanja bahan masakan. Namanya juga memanggil keluarga, tidak mungkin jika tidak memberikan jamuan. Minimalnya untuk tanda terima kasih karena sudah datang memenuhi undangan kami.
Sejujurnya, aku malu dengan hal seperti ini. Seharusnya masalah ini cukup diantara kami saja, tapi demi kebaikan bersama mau tidak mau aku harus mengalah. Jika yang tertulis saja bisa dikhianati, bagaimana dengan yang hanya terucap saja.