Dengan terpaksa Devin mengantarkan Alena sampai Apartemennya, ia mengendong Alena sampai depan pintu Apartemen Alena. Devin pun mencari kunci masuk di dalam tas Alena, tak butuh waktu lama Devin menemukannta lalu Devin menempelkan sebuah kartu lalu pintu terbuka. Devin membawa masuk Alena, setelah menutup pintunya Devin bertanya kepada Alena di mana kamarnya.
Alena menunjukkan dengan jarinya, dengan segera Devin pun mengantarnya ke dalam kamar dan menidurkannya. Devin yang melihat Alena terbaring dengan menggunakan dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dan terlihat sangat sexy di mata Devin dan ingin rasanya Devin menerkam Alena.
Devin sudah tidak tahan dengan situasi ini, Devin pun mendekati Alena dan kini Devin berada di atas Alena Devin mendekatkan wajahnya lalu ia langsung melumat bibir Alena dengan rakus, Alena yang tidak membalas ciuman Devin. Devin mengigit bibir bawah Alena karena Alena merasakan sakit ia pun menjerit dan kesempatan Devin memperdalsm ciuamannya, lidahnya menjelajahi rongga-rongga mulut Alena.
Alena yang sudah terlena dengan perlakuan Devin, ia mengalungkan tangannya ke leher Devin. Tangan Devin juga tak tinggal diam kedua tangannya meremas buah dada Alena yang begitu sangat kenyal dan sangat pas di tangannya. Devin pun berlanjut mencium leher jenjang milik Alena dan itu membuat Alena mendesah, Devin juga meninggalkan beberapa jejak di sana.
Setelah puas bermain di leher dan membuat jejak di sana. Devin berusaha membuka dress milik Alena dengan paksa akhirnya berhasil juga, lalu segera ia membuka bra Alena. Devin sangat kagum dengan pemandangan yang sangat indah di depannya. Devin pun melepaskan pakaiannya, kejantanan yang sudah begitu tegang sudah ingin di puaskan. Devin pun mengesekkan miliknya ke klitoris Alena dan membuat Alena mendesah.
Devin secara perlahan memasukkan kejatannya ke milik Alena dengan pelan-pelan. "Aakhhh ... sakit," teriak Alena air matanya keluat. Devin pun mengusap air mata Alena dan menciumnya agar rasa sakit hilang.
"Sssttt ... apa masih sakit?" tanya Devin dan hanya di jawab anggukan oleh Alena. Alena merasakan sakit dan rasa perih di area intimnya.
"Ini hanya sebentar sayang, setelah ini kamu akan terus mendesah," ucap Devin. Lalu Devin pun mengesek miliknya dengan tempo pelan.
Mereka berdua pun melakukan kegiatan panas mereka sampai jam 04.00 pagi baru berhenti. Mereka berdua tertidur karena sudah terlalu capek dengan Alena di pelukkan Devin yang begitu sangat nyaman.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, Alena terbangun karena merasakan ada yang menimpa pinggangnya. Alena mengerjapkan matanya dengan perlahan, ia melihat dada bidang yang begitu nyaman. Alena pun mendongakkan wajahnya ke atas dan ia mengjngat-ingat siapa laki-laki ini dan kenapa dia bisa tidur di kamarnya.
Alena pun teringat bahwa yang berada di sampingnya ini cowok aneh kemari. Lalu ia beralih melihat tubuhnya yang berada di dalam selimut.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
"AaaĆ aaaaaaa," teriak Alena. Devin yang terganggu tidurnya karena ada suara teriakan ia pun terbangun.
"Berisik banget sih," ucap Devin sambil meregangkan badanya.
"Apa yang loe lakuin ke gue tadi malam? Dan ini jam berapa? Gawat gue telat masuk kerja," ucap Alena dengan panik saat melihat jam di Hpnya sudah menunjukkan pukul 12.00 siang.
"Kita semalam melakukan kegiatan panas dan tentunya kamu juga menikmatinya," ucap Devin dengan santai.
"Hah ... itu tidak mungkin kan?" tanya Alena
"Mungkin ... dan ternyata kamu masih perawan," ucap Devin
"Kenapa kamu tega lakuin itu, kamu udah mengambil mahkota yang selama ini aku jaga," ucap Alena sambil terisak karena Alena sudah mengeluarkan air matanya. Devin yang melihat Alena menangis ia menjadi merasa berasalah. Sial ini gara-gara obat perasang sialan, siapa yang menaruh obat itu ke dalam minumannya.
Devin pun langsung memeluk Alena dan menenagkannya. "Gue akan tanggung jawab apa yang sudah gue lakuin ke kamu," ucap Devin
Alena pun melepaskan pelukkannya. "Tidak perlu anggap saja kita tidak pernah melakukannya dan tidak pernah saling ketemu sebelumnya atau pun saling kenal. Lebih baik kamu pergi sekarang dari Apartemenku," ucap Alena
Devin pun memakai pakaian, lalu ia pergi dari Apartemem Alena meninggalkan Alena yang masih menangis. Sebenarnya Devin masih ingin menenagkan Alena tapi Alena terus mengusirnya. Devin lebih baik mengalah dan meninggalkan Alena sendiri.
Alena turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Alena memenuhi air di bathub dengan air hangat, ia ingin berendam. Alena menjeburkan ke dalam bathub yang sudah terisi air penuh, ada rasa perih di area intimnya serta badannya terasa remuk.
Setelah selesai mandi Alena mengenakan dress ia segera menelpon temannya.
"Hallo Neta maaf hari ini gue nggak masuk kerja, izinin aku ke bos ya," ucap Alena
"Hah loe kebiasaan Ale, udah dari tadi pagi gue izinin. Ini udah jam berapa baru minta suruh izinin," ucap Aneta dari sebrang telepon.
"Makasih ya, kamu emang sahabat gue yang paling the best deh pokoknya," ucap Alena
"Iya, tapi ngomong-ngomong loe kenapa kok bisa nggak masuk kerja?" tanya Aneta
"Ceritanya panjang Neta, nanti pas gue masuk kantor gue bakal ceritain semuanya. Ya udah, gue matiin ya," ucap Alena lalu langsung mematikan Hpnya. Setelah itu Alena ke dapur mencari makanan dan satu gelas jus jeruk ia bawa ke ruang tamu. Alena menghidupkan Tv.
DJ kamar yang begitu luas dengan bercat abu-abu, Devin yang baru saja sampai rumahnya langsung menuju ke kamarnya. Devin masih memikirkan apa yang selanjutnya harus ia lakukan. Devin benar-benar pusing memikirkan ini. Kenapa bisa ada obat perangsang di minumannya, siapa yang menaruhnya. Devin berpikir apa ini ulah Kevin sama Alvin dua temannya yang suka resek.
Kalau benar iya, Devin harus memberi pelajaran untuk mereka berdua. Tiba-tiba pintu kamar Devin terbuka dan muncullah mamanya dari balik pintu.
"Mama," ucap Devin
"Devin kamu dari mana aja dari semalam kamu nggak pulang?" tanya Stevani. Stevani pun menutup pintu kamar Devin dan berjalan mendekati Devin lalu duduk ditepi ranjang.
"Itu ma ... tadi malam Devin tidur di rumah teman Devin ma. Maaf lupa kasih kabar ke mama," ucap Devin sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal, karena bingung mau jawab apa nggak mungkin juga kan Devin semalam tidur di tempat cewek dan melakukan hubungan intim. Bisa-bisa mamanya marah besar lagi.
"Lain kali kamu harus kasih kabar Dev, jangan bikin mama khawatir," ucap Stevani.
"Iya ma maaf ya lain kali Devin bakal kasih kabar ke mama," ucap Devin sambil memeluk mamanya.
"Dasar anak nakal, sekarang anak mama yang laki-laki ini sudah dewasa ya. Ya udah yuk kita ke bawah kita makan siang mama udah siapin makanan kesukaan kamu," ucap Stevani. Devin pun melepaskan pelukannya dan mamanya mengajak keluar kamar untuk turun ke bawah.
Di meja makan sudah ada papa Devin yang menunggunya. Devin pun duduk di kursi dekat papanya.
"Papa ... papa tumben nggak ke kantor?" tanya Devin
"Papa lagi nggak enak badan Dev, harusnya papa yang bertanya begitu," ucap Abraham
"Maaf pa Devin lupa kalau hari ini harus ke kantor," ucap Devin sambil menyuapkan makanannya ke mulutnya.
"Ya sudah nggak apa-apa papa masih bisa handle, tapi besok kamu harus masuk kantor," ucap Abraham
"Siap pa," ucap Devin. Selanjutnya mereka melanjutkan makan siang dengan hening yang terdengar hanya suara piring dan sendok yang saling beradu.
Setelah selesai makan siang Devin balik ke kamarnya lagi untuk beristirahat, Devin merasakan badannya yang begitu sangat lelah dan harus segera di istirahatkan.