"Ra."
"Hm?"
Tatapan Tinara jauh mengarah ke depan sana. Kosong, tiada maksud tersembunyi dari setiap tatap matanya.
"Kamu sedang apa?"
Selama dua hari berada di rumah sakit ini, Zain terus mencoba mempertahankan kesadaran Tinara. Mengajaknya berbincang dari mulai satu hal, kemudian berpindah ke yang lain.
"Tidak sedang melakukan apa-apa," jawabnya dengan datar.
Sejujurnya Zain merasa takut dengan keadaan Tinara yang sekarang. Tatapan kosongnya, penolakan, serta kebiasaan melamun, dan Tinara telah berubah menjadi sosok yang berbeda.
"Kamu jangan diam saja, ayo, kita mengobrol seperti biasanya," ajak Zain perlahan mengusap punggung tangan Tinara.
"Tentang apa lagi?"
Kesadaran Tinara sudah mulai kembali. Awalnya ia memalingkan muka, sekarang kembali menghadap Zain dengan tatapan mata jengahnya. Lelah, mungkin.
"I love you."