"Tersebut, tunai!"
Kalimat terakhir yang jelas terdengar di telinga Kirana berhasil membuat kedua matanya menitikan air mata. Kali kedua pria itu menyebutkan namanya di hadapan para saksi serta Tuhan Yang Maha Esa beserta para malaikatnya.
"SAH!"
Teriakan sah menggema hingga membuat jantung Kirana berdebar kuat. Hatinya tengah bersenggama dengan lara yang meronta. Akankah ia bisa menerima kehadiran lelaki itu? Semoga saja.
"Ayo, saatnya keluar dan menemui suamimu."
Karin dan Rintik siap mengiring Kirana melalui karpet merah yang tergelar. Mereka berjalan seirama dengan Kirana yang merasakan jantungnya hampir lepas dari tempatnya bernaung.
Banyak pasang mata menyaksikan dirinya dalam riasan yang begitu mewah. Sayangnya, bibir tipis dengan rona merah itu tak mampu mengguratkan senyum meski terlihat tipis.
Dengan sigap Kakrataka berdiri menyambut kedatangan sang istri. Sepasang matanya tidak lepas dari iris coklat berlapis soflents kebiruan.