Dengan gontai, Kirana berjalan menuju nakas. Sempat lupa jika ponselnya tertinggal di sana. Ketika melewati Kakrataka pun tatapan Kirana tampak sengit menantang. Merasa tidak terima karena lelaki itu sesuka hati mengintip ponselnya.
Tangan kanan Kirana meraih benda pipih persegi yang layarnya sudah mati. Kemudian memencet tombol kunci dan menampilkan sebuah notifikasi dari aplikasi berwarna hijau yang telah begitu banyak di gunakan oleh hampir seluruh penduduk di bumi.
"Nama istriku Mehira Viana Tinara. Nama yang sangat indah, bukan. Maaf, ingin mengirim surat, tetapi tidak ada waktu. Jadilah aku menggunakan sebuah nomor istriku yang tidak lagi terpakai, katanya."
Tubuh Kirana terhuyung ke belakang tatkala membaca sebuah pesan. Memegangi dadanya yang sesak secara tiba-tiba. Bibirnya terbuka setengah serta napasnya terengah-engah.