Menjejaki bekas-bekas masa lalu. Meraba setiap dinding di pembatas lorong. Keberanian memori dalam kepala kembali bergerilya. Memutarkan setiap potong kejadian yang sudah pernah dialami. Kenangannya menari bersama iringan pilu di setiap denting waktu.
"Mbak."
"Ah, iya?"
Kedua kaki Kirana hampir melompat di tempat. Terkejut dengan tepukan yang mendarat di pundaknya, dibarengi dengan panggilan yang secara tiba-tiba menyerukan namanya.
"Marina."
Masih ingat dengannya? Iya, dia adalah salah seorang paling dekat dengan Kirana saat di kantor. Kantor dahulu. Di mana Kirana menjadi asisten seorang Bos besar. Pernah menjadi istrinya dan mengandung anaknya pula. Namun, kisahnya harus berakhir dengan menyedihkan. Berpisah dengan cara tak baik-baik saja. Kemudian menjalani kisah pahit pada masing-masing kehidupannya.