"Harus menemani mantan suami yang baru saja kehilangan istri?"
Sesampainya di rumah, Kirana mendapat sambutan tak ramah. Suara lantang dari Rintik sudah kembali. Menggelegar di seluruh penjuru rumah dan kembali dipantulkan.
Terpaksa Kirana pun harus mundur dan menutup telinganya. Menghindari denging menyakitkan yang ditimbulkan dari suara Rintik yang begitu keras menyapa gendang telinganya.
"Santai, Ri," ucap Kirana menenangkan.
Namun, semakin Kirana mundur, maka Rintik juga ikut maju. Hingga pijakan mereka telah sampai pada teras rumah dan akhirnya Kirana memilih untuk mengalah. Berhenti sejenak dan membiarkan Rintik meluapkan amarahnya. Kirana akui, dirinya memang salah.
Kedua tangan Kirana turun dari telinga. Kemudian menyejajarkan pandang dengan posisi berdirinya Rintik. Pasrah menghadap pada Rintik yang sudah siap memberikan siraman rohani untuknya.
"Ayolah, harga diri, Kirana!" Rintik memaki Kirana dengan berapi.