"Namanya Maisya Putri Caraka."
Dalam ruang yang terpisah, Kakrataka meraba kaca sebagai pembentang jarak antara dia dan putrinya. Perkiraan masih ada dua hari lagi untuk putrinya bisa keluar dari ruang khusus tersebut.
"Nama yang cantik," ucap Kirana seraya mengamati seorang bayi yang tampak tertidur dengan anggun.
"Apakah dia bisa menerima kehidupan tanpa ibunya?"
Duka di pemakaman pagi tadi masih membekas sampai detik ini. Di mana raga tanpa nyawa telah terbungkus rapi oleh kain kafan. Dibiarkan tidur sendiri dalam sebuah liang untuk keabadian.
Air mata Kirana secara tiba-tiba menetes. Tak kuasa menerima keadaan bahwa mantan suaminya ini juga harus merasakan kehilangan untuk kali kedua. Di mana waktunya bersamaan dengan kehilangan yang Kirana rasakan.
"Dia pasti akan bangga dengan papanya," jawab Kirana.