Dalam satu bab kali ini, biarkan aku kembali berkisah sendiri dengan isi kepalaku, masa laluku, serta hal-hal yang bisa membuatku bahagia dan sedih secara bersamaan.
***
"Mama?" Kirana bergumam tatkala menatap layar ponselnya yang baru saja menyala.
Mendapat sebuah panggilan tak terjawab dari Anindya di tengah malam seperti ini sangat tidak masuk akal. Namun, semenjak terbangun dari tidurnya, Kirana melihat ada banyak sekali riwayat panggilan telepon dari wanita tersebut.
Secara tidak langsung, riwayat panggilan itu mengundang rasa ingin tahunya yang berlebih. Karena tidak mungkin saja jika tidak ada kepentingan, Anindya sampai meneleponnya berulang kali di tengah malam seperti ini.
Baru saja ingin memencet tombol hijau, panggilan dari Anindya sudah kembali masuk. Lirih meraup wajah, Kirana memutuskan untuk menerima panggilan telepon tersebut.
"Halo, Ma."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."