Kirana terbangun dari tidurnya saat mendengar suara bising yang berasal dari arah jendela kamar. Dengan siaga ia pun beringsut duduk dan menatap samar-samar bayang hitam dari kejauhan.
Keringat dingin mengalir dengan hebat melalui dua sisi pelipisnya. Bunyi detak jam semakin nyaring dan menambah debar dalam dadanya juga tak bisa dikontrol dengan baik.
Beribu cara Kirana pikirkan dalam kepala. Bagaimana ia bisa keluar sekarang juga dari kamar dan meminta perlindungan pada Zain?
Terpikirkan sebuah cara yang paling mudah. Tanpa berpikir lebih panjang, Kirana turun dari ranjang. Berjalan mengendap seperti seorang maling. Berdoa kencang dalam hatinya dengan tetap membiarkan keringat dinginnya menyapa melalui pelipis.
Masih ada banyak langkah yang harus ditempuh untuk bisa sampai pada pintu keluar. Kirana mencoba untuk terus menenangkan dirinya sendiri, supaya bisa keluar tanpa diketahui oleh sosok yang mencoba berbuat licik padanya.