"Kalian tahu di mana Kirana?"
Sudah berulang kali Zain berkeliling restoran. Namun, tak kunjung pula menemukan Kirana. Hanya ada satu ruangan, yaitu ruang kerja perempuan tersebut.
Yuri menggeleng. "Terakhir saya lihat Mbak Kirana berhadapan dengan Rukmana, Pak," jawabnya.
Ada yang aneh. Zain ingat perkataan Kirana dan obrolan mereka pagi tadi. Keadaan Rukmana masih sama. Kedua matanya sembap dan bengkak. Seperti ada yang disembunyikan olehnya, tetapi tidak ada yang tahu.
Zain bergegas menuju ruang kerja Kirana. Hatinya sangat tidak tenang dan setelah sampai, ia berusaha untuk membuka pintu yang dikunci dari dalam.
"Kirana!" serunya dari luar.
Zain merapatkan telinganya pada pintu. Memperjelas suara permintaan tolong dengan cukup gagap dari dalam sana. Sumber suara itu memang jelas seperti milik Kirana. Namun, Zain belum bisa memastikan jika tidak melihatnya secara langsung.