Kirana terbangun dari tidurnya dan langsung menyadari jika tadi dirinya bersama dengan Zain. Lelaki itu yang tadi menenangkannya tatkala rasa nyeri di bagian perut bawahnya datang dengan hebat.
Langsung saja Kirana mengedarkan pandang. Menatap seisi kamarnya yang sedikit lebih rapi. Di mana pun tidak ia dapat Zain dan saat itu juga Kirana langsung menghela napasnya dengan berat.
"Andai saja Zain sudah sah menjadi suamiku, mungkin tidak perlu berjauhan seperti ini," ujar Kirana meratapi nasib statusnya dengan Zain yang masih mengambang.
Rencana pernikahan baru akan disegerakan dan masih ada proses panjang yang harus mereka lalui nanti.
Sekilas Kirana melirik jam dinding. Ternyata sudah menunjukkan pukul dua siang dan dirinya telah melewatkan jam makan sarapan dan makan siang sekaligus.
Rasa nyeri pada perutnya telah hilang, tetapi Kirana merasa mulai lapar. Karena perutnya dibiarkan kosong semenjak pagi hingga siang melampaui jam makan siang yang seharusnya.
"Ki."