Zivanya tertunduk lesu di ruang tunggu ICU. Hari ini, ia tidak bersekolah setelah dimintakan izin oleh Gerhana pagi tadi.
Kondisinya telah pasrah menerima suratan takdir dari Sang Pencipta. Kondisi kedua orang tuanya perlahan bertambah buruk. Padahal harapannya begitu besar kepada mereka supaya kembali terbangun dalam keadaan bugar. Namun, semua seolah mustahil, meski hatinya telah begitu besar mempercayakan segalanya kepada Sang Pencipta.
"Zivanya."
Zivanya terlonjak kaget saat bahunya ditepuk pelan oleh Gerhana.
"Ah, iya, Dok?" tanyanya sedikit tersenyum.
"Saya duduk di sini, ya."
Padahal tanpa meminta izin sekalipun, Zivanya tidak akan melarang Gerhana untuk ikut duduk di sampingnya.
"Silakan, Dok."
Zivanya menyingkir dan membiarkan Gerhana duduk di sampingnya.
Mereka saling terdiam lama dan Zivanya baru menyadari bahwa Gerhana tidak lagi mengenakan jas putih seragam kebanggaannya.
"Dokter tidak bertugas hari ini?" tanyanya mengungkap rasa penasaran.