"Halo."
Suara itu terdengar ragu. Setelah beberapa waktu mengacuhkan ponsel hingga tergeletak di kolong ranjang, akhirnya Kirana memberanikan diri untuk berbalik menghubungi.
"Ke mana saja?"
Sepasang mata Kirana memejam rapat tatkala mendengar suara dingin nan ketus tersebut. Terdengar cukup halus, meski menimbulkan debar tak teratur dalam dada.
"Ta—tadi, ponselku jatuh di kolong ranjang," ujarnya dengan jujur, meski belum pasti bahwa Zain akan mudah mempercayai dirinya.
"Bukankah bisa diambil?"
Benar juga. Namun, Kirana harus keluar bersama Rintik secara paksa. Jadi, karena ia juga tengah galau dan suasana hatinya memburuk, maka ia terima saja tawaran Rintik. Dengan sengaja membiarkan ponselnya menganggur di kolong ranjang.
"Aku diajak keluar oleh Rintik. Jadi, tidak sempat mengambilnya karena terlalu buru-buru," jawabnya kembali jujur. Meski belum tahu juga jika Zain akan percaya atau tidak sama sekali.