Aku hanya menerka bahwa kamu adalah sosok bahagia serta lengkap dalam segala hal di hidup.
***
"Jadi, aku pernah memiliki seorang Kakak perempuan, sebelum akhirnya ia dipanggil oleh Tuhan."
Awalnya terkaan Kirana adalah Zain itu anak tunggal. Namun, ternyata ia adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Sayangnya, Allah lebih sayang terhadap Kakak dari seorang Zain.
Tatapan Kirana masih tetap jatuh pada Zain. Di mana ketenangan lelaki itu masih saja diperlihatkan, padahal jauh dari kelihatannya, Zain tak sadar jika suaranya mulai terdengar bergetar. Seperti orang yang tengah menahan tangisan.
"Zain."
Kirana memanggil dengan sepasang netra yang masih tetap setiap pada sepasang iris teduh di hadapannya.
"Hm?" Zain berdeham pelan.
"Kalau boleh tahu ... ah, tidak jadi."
"Perihal sebab kematiannya?" Tebakan Zain tidak meleset. Sehingga Kirana merasa cukup tidak enak hati setelah Zain mengatakan hal tersebut dengan gamblang.
Dengan ragu, Kirana mengangguk.
