Setelah perasaan gugup itu hilang, akhirnya Lia sudah bisa mulai mengupas buah yang hendak dijadikan rujak maupun lutis. Bertepatan dengan itu, Evan sudah kembali bergabung bersamanya di dapur.
Tanpa banyak basa-basi, sang pemuda terlihat langsung mengambil apron di sebuah lemari kecil yang memang dikhususkan untuk menyimpan benda itu dan juga kain untuk mengelap meja.
"Aku bantu, ya."
"Iya, Van. Udah pinter ya kalo ngupas-ngupas. Eh, masak juga udah jago. Uh, idaman banget. Mau nggak, kalo jadi idaman?" Untuk memecah sedikit rasa canggung yang merayap di hatinya, Lia memulai obrolannya dengan sang kekasih.
"Uh, masa sih idaman? Terus jadi idaman siapa?" sahut Evan, sembari menyikut pelan lengan Lia menggunakan bahunya.
"Idaman aku, dong … masa idamannya Simbok. Nanti dimarahi suaminya, hehe," sahut Lia yang mengundang gelak tawa di antara mereka berdua.