Mendengar jawaban itu, Evan langsung saja terlihat mengembangkan senyumnya. Lalu dengan spontan, si pemuda merengkuh tubuh Lia untuk dibuainya sepenuh sayang. Pemuda itu mendaratkan kecupan singkat pada kening sang gadis, lalu kembali memeluknya dengan erat.
"Maaf karena sudah membuatmu lama menunggu," ucap Evan, sambil membelai lembut puncak kepala sang gadis.
"Nggak papa, Van. Aku paham kok. Dan, aku nggak akan protes atau marah seperti waktu itu. Karena, aku akan lebih sabar menunggu."
"Terima kasih sudah mau mengerti. Doakan aku supaya bisa segera menyelesaikan masalah yang ada di perusahaan, supaya aku bisa memiliki waktu lebih untukmu."
"Iya, Van. Pastinya akan selalu aku doakan. Hmmm ... masalah perusahaan yang sedang kamu hadapi begitu berat, ya?"
Evan mengangguk, lalu perlahan dia melepaskan pelukannya. Kini, keduanya saling berpandangan dalam tatap yang penuh akan kerinduan dan juga cinta.